Yogyakarta (13/5): Mendukung Presidensi Indonesia 2022 dalam The 2nd Employment Working Group Meeting, Kementerian Ketenagakerjaan menyelenggarakan Side Event berupa ekshibisi, visitasi dan seminar nasional di Yogyakarta, tanggal 10 s.d. 13 Mei 2022.
Bersamaan dengan penyelenggaraan kegiatan The 2nd Employment Working Group Meeting pada 10-12 Mei 2022 di Yogyakarta, Kementerian Ketenagakerjaan juga menyelenggarakan side event berupa ekshibisi, visitasi, dan juga seminar nasional. POLTEKNAKER mendukung sepenuhnya kegiatan ini melalui kepanitiaan Side Event G20 Employment Working Group (EWG) Presidensi Indonesia 2022.
Ekshibisi UMKM dan Wirausaha
Eksibisi dilakukan selama 3 hari, tanggal 10 s.d. 12 Mei 2022 di Hotel Tentrem Yogyakarta. Dalam ekshibisi ini ada 20 booth peserta yang turut berpartisipasi. Masing-masing peserta dikelompokkan dalam 4 tema, di mana keempat tema tersebut disesuaikan dengan isu ketenagakerjaan dalam G20.
Keempat isu yang diangkat adalah:
- Penciptaan lapangan kerja berkelanjutan menuju perubahan dunia kerja
- Pasar tenaga kerja inklusif dan pekerjaan yang layak untuk penyandang disabilitas
- Pengembangan kapasitas SDM untuk pertumbuhan berkelanjutan bagi peningkatan produktivitas
- Adaptasi perlindungan tenaga kerja untuk perlindungan yang lebih efektif dan peningkatan ketahanan semua pekerja.
Selain keempat isu, ditampilkan pula ekshibisi bertema seni dan budaya dari Daerah Istimewa Yogyakarta, selaku tuan rumah penyelenggaraan 2nd EWG Presidensi Indonesia 2022.
Visitasi ke Pabrik Tas DOWA
Dalam kegiatan ini para delegasi EWG untuk melihat industri pengolahan kerajinan Dowa Bag and Factory yang terletak di Jalan Godean, Yogyakarta (11/5). Kunjungan ke industri pengolahan kerajinan ini merupakan bagian dari showcase dari Presidensi Indonesia kepada para delegasi EWG. Hal ini sesuai dengan 2 isu prioritas yang diusung Kemnaker di pertemuan kedua EWG, yaitu Penciptaan Lapangan Kerja Berkelanjutan Menuju Dunia Kerja yang Berubah dan Adaptasi Perlindungan Tenaga Kerja untuk Perlindungan yang Lebih Efektif dan Peningkatan Ketahanan Bagi Seluruh Pekerja.
Pemilihan Dowa sebagai tujuan visitasi berdasar penilaian bahwa sudah menerapkan jaminan sosial ketenagakerjaan. Selain itu salah satu daya tarik dari Dowa adalah produk yang dihasilkan melalui proses handmade. Meski begitu, dalam proses pembuatan tetap dilakukan proses quality control yang ketat. Hal ini menurutnya mendapat apresiasi dari para delegasi EWG, sebagai bukti bahwa isu prioritas yang diusung oleh Presidensi Indonesia bukanlah omong kosong. Selain itu, Yogyakarta adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terkenal sebagai penghasil kerajinan tangan berkualitas, serta memiliki banyak Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah (UMKM) yang dapat dijadikan contoh.
Seminar Nasional
Usai sukses melangsungkan pertemuan EWG ke-2, Kementerian Ketenagakerjaan menjaring masukan untuk dijadikan rekomendasi di forum G20. Salah satunya melalui Seminar Nasional bertajuk Improving Employment Conditions to Recover Together (Meningkatkan Kondisi Ketenagakerjaan untuk Pulih Bersama) di The Alana Hotel & Convention Center Yogyakarta (13/5).
“Melalui kegiatan ini, diharapkan ide-ide yang dihasilkan dapat dikristalisasi menjadi suatu rekomendasi penting dalam forum diskusi inti G20, sebagai suatu bentuk sharing pengalaman. Melalui langkah ini kita dapat lebih berperan konstruktif dalam pembangunan dunia ketenagakerjaan di level global,” kata Sekjen Kemnaker, Anwar Sanusi.
Anwar Sanusi mengatakan, pembangunan ketenagakerjaan dalam era pandemi COVID-19 ini telah menunjukkan sejumlah perbaikan selama kurun waktu Februari 2021 hingga Februari 2022. Namun begitu, saat ini juga terjadi gejala-gejala eksklusivitas dalam pasar tenaga kerja Indonesia.
“Eksklusivitas juga datang seiring dengan digitalisasi, yaitu adanya kesenjangan digital (digital divide),” katanya.
Oleh karenanya, untuk mengantisipasi tantangan eksklusivitas pasar tenaga kerja Indonesia tersebut, Anwar Sanusi memandang tema EWG G20 bidang ketenagakerjaan yang diturunkan dalam 4 isu prioritas sangat tepat untuk menjawab hal tersebut.
Keempat isu prioritas tersebut adalah pertama, penciptaan lapangan kerja yang berkelanjutan dalam menghadapi perubahan dunia kerja. Kedua, pasar kerja yang inklusif dan afirmasi pekerjaan yang layak untuk penyandang disabilitas. Ketiga, pengembangan kapasitas SDM untuk pertumbuhan produktivitas yang berkelanjutan. Keempat, perlindungan tenaga kerja yang adaptif dan inklusif dalam merespons dunia kerja yang terus berubah.
“Saya memandang keempat isu sangat berkaitan satu sama lain untuk menghadirkan pasar kerja inklusif dan afirmatif di era digitalisasi. Hal ini berarti, reformasi pasar tenaga kerja Indonesia tidak bisa dilakukan secara parsial, melainkan holistik dan komprehensif, dan bersifat multidisipliner,” pungkasnya.